Kemampuan Bayar Utang RI
Meningkat
Rabu, 30 Oktober
2013 | 07:17 WIB
Jakarta – Angka utang Indonesia terus
meningkat secara kumulatif. Pada 2004 angka utang mencapai Rp 1.299,5 triliun.
Jumlah tersebut meningkat jadi Rp 2.177,95 triliun pada posisi Agustus 2013.
Namun, fakta itu dibarengi rasio utang disbanding produk domestic bruto (PDB)
yang mengalami penurunan luar biasa. Yakini dari 150 persen pada 1998 menjadi
24 persen tahun ini.
Staf khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Firmanzah mengatakan, hal tersebut menandakan bahwa kemampuan
pemerintah untuk membayar utang menjadi
lebih baik. “ya, Kemampuan kita lebih baik. Salah satu indicator yang digunakan
adalah jumlah PDB kita. APBN kita juga memiliki ruang bayar cicilan dan utang
pemerintah,”paparnya Selasa (29/10).
Firmanzah menguraikan, pada 2012 PDB
yang berhasil dicapai lebih dari Rp 8.241 triliun. Semetara pada akhir 2013 PDB
hampir mendekati Rp 9.000 triliun. Terkain dengan rasio utang dibanding PDB,
pada 2000 mencapai 89 persen, sedangkan pada 2004 mengalami penurunan menjadi
56 persen.
Jumlah tersebut terus menurun pada 2009
menjadi 28 persen yang terkimi, pada 2013 rasio utang dibanding PDB menjadi 24
persen.. Sebelumnya sekretaris cabinet
(sekab) Dipo Alam menyatakan, pada 1998 rasio utang terhadap PDB mencapai 150
persen. Hal tersebut mengakibatkan prekonomian Indonesia saat itu masuk dalam
krisis ekonomi yang cukup parah.
Dipo melanjutkan, Presiden SBY telah
menujukkan komitmennya untuk menurunkan utang yang berasal dari pinjaman luar
negeri. Antara lain dengan pelunasan utang kepada Dana Moneter International
(IMF) Pada 2006 dan pembubaran Consultative Group on Indonesia (CGI) yang diera
ordebaru memperbesar utang luar negeri RI pada 2007.
“Sejak pelunasan utang IMF dan
pembubaran CGI itu, Indonesia mendapatkan kembali kedaulatan ekonomi dan
terbebas dari tekanan lembaga internasional manapun. Bahkan, IMF pun meminta
bantuan ke Indonesia, “jelas dia.
Menurut Dipo, pemerintahan terus
berkomitmen agar Indonesia lebih mandiri dan utang terkelola dengan baik.
Karena itu, presiden telah berkali-kali member arahan agar pinjaman luar negeri
terhadap proyek-proyek yang diminati oleh BUMN, swasta dalam dan luar negeri
dibatasi serta dihindari.
“Jadi, tidak perlu dibiayai APBN,
apalagi utang luar negeri, karena bisa dilakukan melalui investasi
publik-private investment atau investasi murni swasta, “ujarnya.
Dipo melanjutkan, sebagai Seskab
pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran no SE-592/seskab/XI/2012 yang
mengingatkan tentang pembatasan pinjaman luar negeri.
Analisis
:
Kemampuan Indonesia membayar utang lebih
baik dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan pengelolaan utang RI terus
dijaga dalam proporsi yang aman . Dalam hal ini pemerintah harus terus
berkomitmen agar Indonesia lebih mandiri dan utang terkelola dengan baik.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar